Selasa, 05 November 2019

APA ITU KOMPUTER..???


Sampai dengan hari ini masih sering kita mendengar pertanyaan seperti itu. Walaupun pada kenyataannya mereka sering melihat dan menggunakan komputer. Pada kesempatan ini kita akan sama-sama melihat dan membaca kembali tentang komputer, mulai dari sejarahnya sampai dengan generasinya.

Komputer Generasi Keenam
Komputer Generasi Pertama









Sejarah komputer

Penemu komputer pertama adalah Charles Babbage (lahir 26 Desember 1791 – meninggal 18 Oktober 1871 pada umur 79 tahun) adalah seorang matematikawan asal Inggris.  Mesin penghitung atau bisa di kenal dengan Difference Engine no.1 yang ditemukan oleh Chareles Babbage merupakan salah satu icon, yang paling populer dan terkenal dalam sejarah. Babbage juga dikenal dengan julukan bapak komputer, 
Sejarah Komputer
Charles Babbage
Kata Komputer berasal dari kata bahasa Yunani Computare yang berarti memperhitungkan atau menggabungkan bersama-sama. Kata com berarti menggabungkan dalam pikiran atau secara mental, sedangkan putare berarti memikirkan perhitungan atau penggabungan. Dalam bahasa Inggris To Compute yang artinya menghitung.

Secara umum Komputer dapat diartikan sebagai “suatu perangkat elektronik atau sekumpulan perangkat elektronik yang bekerja secara otomatis, terintegrasi dan terkoordinasi yang dapat melakukan tugas-tugas tertentu (misalnya menerima, menyimpan, mengolah dan menyajikan Data), dikendalikan serta dikontrol oleh instruksi atau program yang tersimpan di dalamnya (mesin)”.

Sejarah Komputer
Komputer dan komponennya

Jika dijabarkan menurut pendapat ahli, komputer bisa diartikan sebagai alat yang dapat melakukan tugas untuk menerima input, memproses input, menyimpan, dan membuat output. Pendapat dari Robert H. Blissmer ini juga menjadi pengertian dari sistem komputer yang saat ini banyak digunakan untuk berbagai alat elektronik. Menurut Elias M. Awad, komputer merupakan alat penghitung yang dapat memproses data yang kemudian disajikan dalam bentuk data. Baik itu data digital maupun data analog. Sedangkan menurut William M. Fuori, komputer adalah alat untuk memproses data yang juga bisa melakukan perhitungan secara cepat.

Fungsi komputer

JIka Anda diberi pertanyaan mengenai apa fungsi dari komputer, tentu sebagian dari Anda menjawab dengan berbagai jawaban yang berbeda. Ada yang menjawab untuk bekerja, bermain game, menonton film, dan lain-lain. Sebenarnya, komputer memiliki 4 fungsi utama yang sudah ada pada poin pengertian di atas. Yaitu menerima input, memproses input, menyimpan input, serta menyajikan output.

Input merupakan salah satu fungsi komputer yang berguna untuk menerima data maupun informasi dari luar. Processing merupakan fungsi yang berguna untuk memproses data-data yang masuk dan akan tersimpan ke memori internal. Sedangkan fungsi output adalah menampilkan data yang sudah dimasukkan dan bisa Anda lihat hasilnya.

Untuk Macm-macam generasi komputer kita akan bahas pada tulisan berikutnya.
Terima kasih.*_*






Sumber :
http://yudilesmana.blogspot.com/
https://www.romadecade.org/
https://dwinctjp.wordpress.com/

Minggu, 03 November 2019

Tiga Huruf




Satu lagi Caping dari GM yang menarik untuk dibaca...😉

Tiga aksara muncul enam kali dalam Quran, Alif Lam Mi dan orang bertanya-tanya apa artinya. 
Tak ada yang tahu. Tafsir datang silih berganti. Ada yang mengatakan bahwa bentuk tiga huruf itu melambangkan jalan hidup manusia. Ada pula yang membacanya sebagai bagian dari "matematika" Tuhan dengan angka-angka. 
Saya tak tahu mana yang benar.
Saya hanya menyerah. Alif yang bergandeng dengan Lam dan bergandeng lagi dengan Mim itu agaknya menunjukkan betapa tak tepermanainya hubungan antara yang maha-tak-tergambarkan dan bahasa manusia.
Sering dikatakan hubungan itu terjadi dalam wahyu. Wahyu datang dan jadi pengalaman religius yang intens, yang tak dapat diulangi, yang hanya bisa dirasakan sendirian dan mampu mengubah hidup seseorang: "the individual pinch of destiny", dalam kata-kata William James. Wahyu turun dan sang penerima menadahnya dengan gentar gemetar, terguncang terpesona. Tak ada kata-kata. 
Tapi tak selamanya. Memang, seseorang yang baru berada dalam sebuah pengalaman religius bisa memilih diam bersama ketakmampuannya bercerita. Atau keengganannya. Tapi kemudian ia merasa perlu memakai bahasa juga buat dirinya sendiri agar pengalamannya yang unik itu tak sekadar sekali terjadi dan sudah itu tak bisa ditengok kembali. 
Bahasa adalah perekam. Itulah sebabnya puisi digubah, catatan harian ditulis, pengalaman dikisahkan. Dengan itu orang ingin menghadirkan kembali apa yang dialami, meskipun tentang hal yang sebenarnya tak dapat dihadirkan kembali. Jalaludin Rumi pernah mengatakan ada "rahasia yang tak terungkapkan" dan itu adalah Cinta, tapi pada saat yang sama ia menulis berpuluh baris tentang "rahasia" itu. 
Dengan kata lain, ada "rahasia yang tak terungkapkan" namun yang terasa mendesak agar diungkapkan. Ada cinta yang ibarat lautan tak bertepi tapi kemudian direnungkan dan dinilai kembali. Ketegangan selalu terjadi dalam diri seseorang yang berada dalam hubungan yang akrab dan bergelora, baik dengan seseorang maupun dengan Tuhan. Sang pencinta tahu kata-kata tak mampu menguraikan kegandrungannya, namun ternyata ia perlu bahasa untuk merekonstruksi dan "membaca" kegandrungannya sendiri itu.
Mirip ketika kita terbangun dari tidur yang lelap  kita sesungguhnya membuat tafsir. Kita meninjau pengalaman kita dengan interpretasi. Tiap penerima wahyu melakukan itu. Ia gentar, gemetar, dan terpesona, tapi ia tak mau terus-menerus bingung. Wahyu itu pun jadi teks, dan teks itu disertai sebuah ta'wil. 
Tak selamanya ta'wil itu membuat yang diinterpretasikan jadi transparan. Kita ingat tiga huruf itu: Alif Lam Mim seakan-akan sebuah gudang perbendaharaan ilmu yang tak kunjung kita dapatkan kunci pembukanya. Tak ada kamus, juga perbendaharaan kata para sufi, yang bisa menerjemahkannya.
Ada sebuah telaah tentang kamus para sufi di zaman awal Islam. Saya menemukan satu kutipan dari Rzbihân. Sufi dari Shiraz, Iran, di abad ke-12 ini terkenal dengan ungkapan-ungkapannya yang seperti prosa liris yang bergelora, shathiyyât. Ia diejek sebagai Doctor Ecstaticus, tapi ia memang yakin ada kata-kata tertentu yang jadi "wahana bagi rahasia-rahasia", kata-kata yang "digetarkan oleh cahaya". Di sana, menurut Rzbihân, terkandung rumz dari "khazanah titah Ilahi yang sayup-sayup lembut". 
Dalam tradisi mistisisme masa itu, hanya orang-orang tertentu yang dapat menangkap isyarat Tuhan. Sebuah hierarki pun terbentuk: di tingkat atas sekali sang Guru, dan di lapis berikutnya, secara berjenjang, mereka yang berbeda-beda dalam pengalaman dan kapasitasnya bisa akrab dengan isyarat Ilahi.
Kini, hierarki itu mudah digugat. Islam tak mengakui kelas "kependetaan", meskipun terus-menerus dirundung kecenderungan itu. Semangat sufi pada hakikatnya egaliter, sebab dalam iman dan dalam pengalaman religius tak ada pengukur untuk membuat peringkat. 
Lagi pula masalahnya mungkin ada dalam sifat bahas khususnya bahasa yang lazim kita temui dalam kitab-kitab suci, yang berbicara dengan energi puitik. Puisi mengakui, kata-kata tak pernah memadai untuk mengungkapkan pengalaman yang terdalam, apalagi kata-kata yang sudah diulang-ulang orang ramai. Para penyair, Roestam Effendi dan Chairil Anwar, misalnya, terkadang merasa perlu menciptakan bentukan kalimat dan kosakata baru. Tapi puisi mereka juga tak bisa mengelak sama sekali dari bahasa yang tumbuh secara sosial. Dalam pergulatan antara bahasa privat dan bahasa publik itulah puisi sering mengejutkan, kadang aneh dan sulit sebagaimana bahasa kitab suci. Tapi energi puitik tak membuat kitab suci, atau buku sajak, jadi seunggun teka-teki yang bisa dipecahkan dengan prosedur analisis.
Alif Lam Mim. Rasanya ini juga bukan teka-teki. Rasanya ini sentuhan yang "sayup-sayup lembut" untuk kembali ke dalam pengalaman religius. Rasanya tak dibutuhkan seorang aulia buat mengungkapkan makna yang benar dari tiga huruf ini, sebab apa yang akan diungkapkannya akhirnya toh juga sebuah interpretasi. 
Seorang teman mengutipkan kalimat seorang penelaah Quran: al-wajh al-akhtar li al-nass. Interpretasi adalah sisi lain teks: dua belahan dari sebuah pengalaman religius yang tunggal. Tak ada teks yang tak diinterpretasikan. Tak ada interpretasi tanpa sejarah. Tak ada seorang besar atau kecil yang menafsir dari luar ruang tertentu, waktu tertentu. Tak ada yang tak harus disertai kerendah-hatian.
Alif Lam Mim. Ia mengingatkan, kita bukan pikiran yang sepenuhnya mengerti.
Goenawan Mohamad